Metode Deteksi Berahi Secara Visual, Per Rektal, Dengan Alat Bantu Deteksi Estrus

 Fungsi reproduksi merupakan sebagian kecil dari fungsi siklus tubuh, karenanya fungsi ini saling bergantung dengan fungsi organ tubuh lainnya. Fungsi reproduksi dipengaruhi oleh banyak faktor yang meliputi genetik, nutrisi, kesehatan, dsb. Perkawinan tidak selalu menghasilkan kebuntingan, tidak selalu kebuntingan dapat menghasilkan kelahiran, dan tidak selalu kelahiran yang dapat menghasilkan anak yang sehat. Banyak kemungkinan yang dapat menyebabkannya kegagalan, dalam hal ini bidang kebidanan dan kemajiran diperlukan. Bidang kebidanan dan kemajiran ini erat kaitannya dengan kebuntingan pada hewan betina, karenya pemeriksaan kebuntingan penting diketahui. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan, yaitu :

1. Metode Non-Return (tidak kembali birahi) - Pengamatan dilakukan secara langsung, sangat praktis dan mudah - Hewan yang sudah dikawinkan atau diinseminasi buatan (IB) tetapi tidak kembali estrus pada 1-2 siklus berikutnya maka dianggap positif - Kelemahan metode ini adalah : beberapa hewan tidak atau lemah menunjukkan perilaku estrus meskipun dia estrus (birahi tenang) dan beberapa hewan menunukkan etruus pada periode bunting muda.

2. Metode Palpasi Abdominal/ profundal - Biasa dilakukan pada hewan domba/kambing anjing, kucing, dll - Pemeriksa berada dalam posisi menjepit ke arah belakang hewan, dan dilakukan palpasi enggunakan jari-2 ke arah belakang sambil merasakan adanya fetus yang sedikit menonjol.

 3. Perubahan Perut-Ambing-Puting-Pangkal Ekor - Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengamati perubahan perbesaran perut-ambing-puttingpangkal ekor yang mulai terdeteksi pada usia kebuntingan 6 minggu, tapi secara nyata 3 bulan pasca kawin. - Perut hewan betina diketahui akan semakin membesar mengikuti perkembangan fetus - Ambing dapat diamati semakin besar dan terdapat tekstur benjolan padat yang mengisi ambing. - Lemak dan jaringan di pangkal ekor ditemukan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kebuntingan, karena pangkal ekor diketahui sebagai tempat penyimpanan cadangan energi (biasa mulai dipakai pada saat umur kebuntingan sudah besar).

4. Diagnosa Menggunakan USG - Real time (B-mode) ultrasonography, menentukan positif bunting dan umur termasuk jumlah fetus. Dapat mendeteksi mulai 12 hari pasca kawin (vesicle atau kentong kebuntingan) atau 19- 20 hari (embrio). - Gelombang suara yang digunakan berkisar sebesar 7.5 Hz untuk pemeriksaan kebuntingan pada umur 13-25 hari secara trans-rektal. Sementara untuk usia kebuntingan 25-100 hari dapat digunakan gelombang suara sebesar 5 Hz dengan pemeriksaan transabdominal (domba/ kambing).

 5. Diagnosa Profil Hormon dan Protein - Dilakukan dengan menggunakan teknik ELISA (Enzim Linked Imunno Sorbant Assay) dan RIA (Radio Immuno Assay). - Keunggulam metode ini adalah tingkat sensitifitasnya yang tinggi dan akurat, sementara kelemahan metode ini adalah tidak bisa menduga umur, jenis kelamin, dan jumlah fetus. - Hormon dan protein yang bisa digunakan adalah progesteron, estrone sulphate, protein PSBB (Pregnancy Spesific Protein B), Protein ovPAGs (ovine Pregnancy Associated Glycoproteins), dsb.

6. Metode Palpasi Per Rektal - Merupakan metode yang paling sering digunakan di berbagai peternakan karena ekonomis dan efektik - Kelemahan metode ini adalah tidak bisa dilakukan pada usia kebuntingan di bawah 2 bulan (bunting muda harus dilakukan secara hati-hati). 

Comments

Popular posts from this blog

Infeksi Toxocara vitulorum (Toxocariosis) pada Ruminansia Besar

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

HASIL WAWANCARA BUDIDAYA BEBEK

MATERI KERAJINAN BERBAHAN LIMBAH LENGKAP

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request