jumlah fi'liyah lengkap


https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.dompetdhuafa.org%2Fid%2Fberita%2Fdetail%2Fhikmah-malam-nuzulul-quran&psig=AOvVaw1SfTxZRaX0Pvn25AL_zZWG&ust=1635082830086000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjhxqFwoTCPCZ1IjU4PMCFQAAAAAdAAAAABAD


Pada hari ini saya akan share tentang jumlah fi'liyah. dari definisinya hingga contoh nya pokoknya insyaAllah dijamin lengkaplah nih langsung aja dibaca kalo mau copas juga gakpapa, aku mah apa atuh.

1.      Definisi
PePengertian fiil dan jumlah fi’liyah menurut Al-Ustadz Aceng Zakaria. Adapun pengertian kedua istilah tersebut antara lain :
ﺍﻠﻔﻌﻝ ﻫﻭﻜﻟﻤﺔ ﺩﻠﺕ ﻋﻟﻰ ﻤﻌﻨﻰ ﻭﺍﻗﺘﺭﻨﺕ ﺒﺯﻤﻥ
             “Fi’il adalah sebuah kata yang menunjukkan pada sebuah makna dan disertai waktu.”
ﺠﻤﻟﺔ ﻔﻌﻟﻴﺔ ﻫﻲ ﻤﺎﻜﺎﻨﺕ ﻤﺴﺒﻭﻗﺔ ﺒﻔﻌﻝ
“Jumlah fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan fi’il.”
Jumlah fi’liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua kalimat, yaitu: jumlah yang artinya kalimat dan fi’liyah diambil dari kata fi’il dan ya’ nisbah. Adapun fi’il (kata benda)artinya al-hads (kejadian, peristiwa) dan menurut istilah artinya kata yang menunjukkan suatu makna dan terikat dengan tiga masa yaitu masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Ali Al-Jarim dan Mustafa Amin menyebutkan bahwa yang dinamakan jumlah ismiyah itu adalah setiap jumlah yang tersusun dari fi’il dan fa’il.

Apabila anda ingin mengetahui Perbedaan Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah  bisa mengklik link tersebut.

Adapun mengenai contoh jumlah fi’liyah dalam Al-Qur’an dapat dilihat pada beberapa jumlah berikut ini :
- ﻴﻜﺎﺩ ﺍﻠﺒﺭﻕ ﻴﺨﻁﻑ ﺍﺒﺼﺎﺭﻫﻡ
- ﺘﺭﻤﻴﻬﻡ ﺒﺤﺠﺎﺭﺓ
- ﺨﺘﻡ ﺍﻠﻟﻪ ﻋﻟﻰ ﻗﻟﻭ ﺒﻬﻡ
- ﺘﺒﺕ ﻴﺩﺁﺍﺒﻲ ﻠﻬﺏ
    Jika menyesuaikan tata bahasa indonesia, jumlah fi’liyah itu sama dengan susunan S P O, S sebagai Subjek , itu sama dengan fa’il sebegai pelaku, P sebagai Predikat , itu sama dengan fi’il sebagai pekerja, dan O sebagai Objek itu sama dengan Maf’ul Bih sebagai yang di kenai pekerjaan.

Metode struktur paling sederhana untuk jumlah fi’liyah adalah :
Fa’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ] 

Kaidah Jumlah Fi’liyah
Menurut bentuknya fi’il terbagi menjadi dua. Yaitu, fi’il sahih dan fi’il mu’tal. Fi’il sahih adalah kata yang semua huruf aslinya bukan huruf ‘illat, ( ق,و,ى,ا ) contohnya كَتَبَ , فَرِحَ, سَيْطَرَ , شَارَكَ , dan اِجْلَوَّذَ.
Sedangkan fi’l mu’tal adalah kata yang salah satu huruf aslinya adalah huruf ‘illat, contohnya وَعَدَ , قَامَ , dan رَضِيَ.

Jika ingin mengetahui Pengertian Jumlah Ismiyah bisa diklik link tersebut

Pembagian Fi’il Berdasarkan Jenis
Menurut jenisnya fi’il terbagi menjadi dua, yaitu fi’il lazim dan fi’il muta’addi. Fi’il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan obyek/maf’ul bih. Sedangkan muta’addi adalah kata kerja yang membutuhkan obyek/ maf’ul bih. مُحَمَّدٌ  قَرَأَ      ( Muhammad telah membaca ) هِنْدٌ  قَرَأَتْ      ( Hindun telah membaca ) زَيْدٌ   يَقْرَأُ       ( Zaid sedang membaca ) الطَّالِبُوْنَ  يَقْرَأُ ( Para siswa sedang membaca )

Makna khalil Al-Qattan menjelaskan bahwa jumlah fi’liyah atau kalimat verbal menunjukkan arti tajaddud (timbulnya sesuatu ) dan hudus (temporal). Adapun yang dimaksudkan dengan tajaddud dalam fi’il madi ( kata kerja masa lampau ) adalah perbuatan itu timbul tenggelam, kadang ada dan terkadang tidak ada. Sedang dalam fi’il mudhari’ ( kata kerja masa kini atau masa akan datang ) adalah perbuatan itu terjadi berulang-ulang.
Penjelasan yang semakna dengan apa yang disampaikan Al-Qattan, diungkapkan oleh Al-Suyuti bahwa khitab dengan fi’il menunjukkan arti tajaddud dan hudus. Menurut beliau yang dimaksud dengan tajaddud pada fi’il madi adalah hasil ( al-hushul) dan pada fi’il mudari’ adalah berlangsung berulang-ulang.
Penerapan kaidah jumlah fi’liyah di atas dapat dilihat pada ayat yang redaksinya menggunakan Fi’il sebagaimana contoh berikut ini :

 “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” ( Q.S.Al-Baqarah : 274)

Kata yunfiqun pada ayat di atas menunjukkan eksistensi sebuah tindakan atau aksi yang bisa ada dan bisa tidak ada. Jadi, ia menjadi sesuatu aksi yang temporal, bergantung pada kondisi.
 “ 78. (yaitu Tuhan) yang Telah menciptakan aku, Maka dialah yang menunjuki aku, 79.  Dan Tuhanku, yang dia memberi makan dan minum kepadaku, 80.  Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku, 81.  Dan yang akan mematikan aku, Kemudian akan menghidupkan Aku (kembali), 82.  Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". ( Q.S. Asy-Syu’ara : 78-82 )
Kata kerja ﺨﻟﻕ (berbentuk fi’il madi) pada ayat di atas menunjukkan telah terjadi dan selesainya pebuatan di waktu lampau. Sedangkan kata kerja ﻴﻐﻔﺭ,ﻴﺤﻴﻴﻥ, ﻴﻤﻴﺘﻨﻲ, ﻴﺸﻔﻴﻥ, ﻴﻁﻌﻤﻨﻲ, ﻴﻬﺩﻴﻥ (berbentuk fiil mudhari’) dalam rangkaian ayat di atas menunjukkan makna terus berlangsungnya.. Berikut ini merupakan kaidah-kaidah lainnya yang berhubungan dengan fi’il :

a.       Ayat-ayat yang menggunakan fi’il mudhari’, tetapi yang ditunjukkannya itu sudah lampau, maka pengertiannya untuk menunjukkan keindahan atau kejelekan hal itu. Misalnya :
v  Menunjukkan amal yang baik :


 “Sesungguhnya Allah Telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Q.S. Al-Fathu : 18)
v  Menunjukkan amal yang jelek :

 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, Maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Q.S. Ali-Imran : 21)
b.      Jika Fi’il madhi digunakan untuk peristiwa yang belum terjadi, maka hal itu dipastikan akan terjadi. Misalnya :

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (Q.S. Al-Anbiya : 1)
c.       Fi’il atau kata kerja yang tidak dinyatakan secara jelas dalam hal ini sama halnya dengan fi’il yang dinyatakan secara jelas. Misalnya pada surat adz-dzariyat ayat 25 :

 “(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal."(Q.S.Adz-dzariyat : 25)            Para ulama berpendapat, salam yang disampaikan oleh Ibrahim a.s. lebih berbobot (ablag) daripada yang disampaikan para malaikat kepada Ibrahim.

Apabila ingin mengetahui Pengertian Dilalah bisa klik link tersebut

Pembagian Fi’il Berdasarkan Bentuk
Contoh - Contoh Jumlah Fi’liyah
Pada contoh 1 dan 2 dapat kita lihat kesesuaian antara fi’il dan fa’il dalam jenisnya yaitu mudzakar dan muannast. Sedangkan pada contoh 3 dan 4 dapat kita lihat bahwa berapapun bilangan failnya fi’il harus tetap mufrod. Kesimpulan jumlah fi’liyah atau kalimat verbal menunjukkan arti tajaddud dan hudus ( timbulnya sesuatu dan temporal ).

Comments

Popular posts from this blog

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

HASIL WAWANCARA BUDIDAYA BEBEK

MATERI KERAJINAN BERBAHAN LIMBAH LENGKAP

Tegak kaki dan diagnose kepincangan kuda-sapi

RANGKUMAN POTENSIAL LISTRIK DAN KAPASITOR

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request