Pengertian Dilalah
Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yakni دلّ - يدلّ – دِلالة ( dalla–yadullu-dilalah) yang artinya petunjuk atau yang menunjukkan . Dalam logika ( Ilmu mantiq ) berarti satu pemahaman yang dihasilkan dari sesuatu atau hal yang lain, seperti adanya asap di balik bukit, berarti ada api di bawahnya. Dalam hal ini api disebut madlul ( yang ditunjuk atau yang diterangkan), sedangkan asap disebut dal atau dalil ( yang menunjukkan atau petunjuk.
Contoh :
“gembira” dan “tertawa” . “gembira” adalah madlul
dan “tertawa” adalah dal.
Macam-macam dilalah terbagi dalam
kelompok:
a. Dilalah
Lafdziyah (tanda kata)
ما كا ن الدال فيها لفظ او صو
تا
"dilalah yang dalnya berupa kata-kata
atau suara”
1. Dilalah
Lafdziyah Thabi’iyyah
ما كا ن الدال فيها عرضا
طبيعيا
“Dilalah yang dal nya berupa suara yang
bersifat alamiah”
Contoh: Dipahaminya ungkapan “terkjut”
dari “waw!” atau rasa sakit dari
“aduh”
2. Dilalah
Lafdziyah ‘aqliyah
ما كان الدال فيها عقلا
"dilalah yang suara dalnya berupa suara rasional”
Contoh: adanya orang di kamar dapat dipahami dari adanya
percakapan di kamar itu.
3. Dilalah
Lafdziyah Wadh’iyah
ماكان الدال فيها وضعا وصطلا
حا
"dilalah yang dalnya berupa kata yang
ditunjukkan untuk suatu makna
tertentu”
Contoh: pemahaman kita terhadap “ segala sesuatu yang
datang dari Nabi , baik yang berupa perkataan, perbuatan maupun penetapan nabi
atas perbuatan sahabat (takrir) dari istilah as-sunnah.
a. Dilalah
Lafdziyah Wadh’iyah Muthabaqiyyah
Muthobaqoh yaitu dalalah yang menunjukkan arti dari suatu
lafadz secara tetap sesuai dengan keadan yang sebenarnya.
Contoh:
Seorang murid bertanya kepada gurunya:
“pak, rokok itu apa ?”
Pak guru menjawab: “ rokok ialah tembakau
yang di gulung dengan kertas.”
Rokok di artikan dengan tembakau yang
digulung dengan kertas, adalah tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Dilalah
Wadh’iyah Thadhammuniyyah
Dalalah tadhommun, yaitu yang menunjukan arti dari suatu
lafadz pada sebagian saja. Dari arti yang tepat dan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Umpama, pengertian lafadz “rokok” dengan
“tembakau’saja. Padahal tembakau itu hannya sebagian saja dari rokok. Dan yang
demikian itu adalah pengertian yang tidak/belum tepat/belum sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
c. Dilalah
Lafdziyah Iltizamiyyah
Dalalah iltizam, yaitu yang menunjukan arti dari suatu yang
pasti ada pada lafadz itu, tapi tidak tepat sesuai dengan keadan yang
sebenarnya.
Contoh:
Seorang anak bertanya kepada ibunya: “bu,
sambal itu apa ?”
Ibunya menjawab: “sambal itu ialah pedas yang menambah
enaknya makanan.” Kata “sambal” diartikan “pedes” itu tidak tepat dengan
keadaan yang sebenarnya. Tapi pedes itu, pasti ada pada sambal, sebab sambal
artinya lombok/cabai/mrica dan bahan-bahan lain (seperti garam, trasi dn
lain-lain) yang di ulek (dilembutkan dengan alat khusus untuk membuat sambal).
Dan semua makanan yang ada lombok atau cabai atau mericanya tentu pedes. Jadi
adanya cabai atau merica itu memastikan adanya pedes.
Dilalah lafdziyyah wadh’iyyah inilah yang merupakan materi
pembahasan ilmu mantiq
b. Dilalah
Ghairi Lafdziyah
ماكا ن الدا ل
فيها غير لفظ او صوت
“dilalah yang dalnya berupa bukan kata-kata atau suara
Dengan kata lain, dilalah ghairi lafdziyah seperti halnya dilalah lafdziyah , terbagi
menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Dilalah
ghairi lafdziyah Thabi’iyah, yaitu:
ماكان الدال فيها عر ضا طبيعيا
“dilalah yang dalnya bersifat alami”
Contoh: “Merahnya wajah menunjukan
rasa malu” 2. Dilalah Ghairi
Lafdyiyyah ‘Aqliyyah, yaitu:
ما كان الدال فيها عقلا
“dilalah yang dalnya berupa sesuatu yang
rasional”
Contoh: dipahaminya “ada orang masuk kamar” dari keadaan
kamar yang berantakan (padahal semula keadaan kamar itu rapi)
3. Dilalah
Ghairi Lafdziyyah Wadh’iyyah, yaitu
ماكان الدال فيها شيئا اصطلا
حيا وضع ليدل علي المعني المفهوم منه
“Dilalah yang dalnya berupa sesuatu yang sudah baku
sehingga dapat dipahami suatu arti tertentu”
Contoh : dipahaminya “tidak setuju “ dari
“ menggelengkan kepala”
Selanjutnya Dr Ben Isa Bithohir
mengemukakan lebih spesifik dan
membagi bentuk dilalah ini ke dalam tiga
macam:
1. Dilalah
Wad’iyyah.
Yang dimaksud dengan dilalah ini adalah lapaz yang
menunjukkan kepada suatu makna/pengertian yang diletakkan padanya. Contoh
Dilalah kata ‘ حجر “ ,
إنسان “, dan “ بيت “
menunjukkan pada suatu nama sesuatu yang khusus di letakkan padanya. Dilalah
ini dinamakan dilalah lafziyyah.
2. Dilalah
al-Tadhommun.
Yakni lafaz yang menunjukkan pada makna yang terkandung pada lafaz
tersebut. Misalnya Dilalah kata ‘إنسان “, yang menunjukkan makna pada
bagian-bagian innya, Dilalah lafaz
“ حجر “, dan “
بيت “ menunjukkan
pada atapnya. Dilalah ini tidak akan diketahui kecuali
dengan menggunakan akal. Kdengan demikian disifati dengan dilalah aqliyyah.
3. Dilalah
Iltizam.
Comments
Post a Comment