Infestasi larva lalat (Miasis) pada Kucing Domestik

 Miasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan hidup atau jaringan nekrotik hewan. Lalat penyebab miasis diklasifikasikan menjadi parasit obligat yang pada jaringan yang sehat dan parasit fakultatif biasanya yang jaringan nekrotik hewan. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat miasis demam, radang, nafsu makan kurang, penurunan berat badan serta anemia. Terapi yang diberikan adalah pembersihan luka dengan menggunakan Nacl 0.9% dan mencabuti satu persatu belatung dari luka. Antibiotik amoksisilin dosis 0.1mg/kg/BB (Betamox®) dan vitamin B-Kompleks (BPlex®) dosis 0.1mg/kg/BB diinjeksikan secara subkutan dan dilanjutkan dengan pemberian obat secara topikal salep yang mengandung levertran, bioplacenton dan gentamicin.

Miasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan hidup atau jaringan nekrotik hewan. Lalat penyebab miasis diklasifikasikan menjadi parasit obligat yang hanya tumbuh pada jaringan yang sehat (dari host hidup) sedangkan parasit fakultatif biasanya berkaitan dengan bangkai, kotoran, atau bahan tanaman busuk, dapat berkembang pada jaringan nekrotik hewan hidup dan cenderung tidak menyerang jaringan sehat (Caissie et al. 2008). Lalat Chrysomya bezziana dikenal sebagai penyebab paling umum dari miasis obligat, sementara lalat Muscidae spp, Calliphoridae spp, dan sacrophagidae spp dianggap penyebab paling umum dari miasis fakultatif (Yasin et al. 2014).

Lalat betina dewasa akan bertelur disekitar luka, jika telur sudah menetas maka larva akan bergerak dan masuk kedalam luka serta memakan sel-sel jaringan, kemudian jatuh membentuk kokon dan didalamnya berkembang menjadi pupa dan akhirnya keluar lalat dewasa. Tingkat kejadian miasis cukup tinggi pada hewan - hewan peliharaan, terutama pada anjing dan kucing. Miasis dapat bersifat fatal bila tidak dilakukan pengobatan dengan segera, bila terjadi dalam waktu yang lama akan menyerang organ vital, yang dapat menyebabkan infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, pemilik hewan tidak menyadari bahwa hewan kesayangannya terserang miasis terutama pada hewan-hewan berbulu panjang (Partoutomo 2000).


Partoutomo S. 2000. Epidemiologi Dan Pengendalian Myiasis di Indonesia. Wartazoa. 10(1): 20- 25

Yasin M, Asl NG, Mojdehi AM, Mardani M and Akbarzadeh K. 2014. Wound Myiasis in a Sixty Two Year Old Man. Arch Clin Infect Dis. 9(2): e19659.

Comments

Popular posts from this blog

Deteksi Berahi dan Inseminasi Buatan pada Sapi

UJI KARBOHIDRAT pada TEPUNG

Peralatan Radiografi, Konstruksi Ruang Gelap Pencucian Film dan Pengendalian Mutu Film

TORSIO UTERI

Essay Pengabdian Masyarakat

Tangga Nada, Akor, Aransement Lagu

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request