BSE pada Betina

 Aspek penting pada BSE betina yakni penilaian pada organ reproduksi dan pengukuran area pelvis. Penilaian pada BSE betina meliputi pemeriksaan fisik dan medical history, body conditioning score (BCS), penilaian anatomi dan ruang pelvis, pemeriksaan organ reproduksi, penilaian saluran reproduksi, kondisi ambing dan putting. Pemeriksaan fisik pada betina melihat ada tidaknya bengkak, infeksi atau luka pada tubuh. Selain itu riwayat kesehatan seperti status vaksinasi juga perlu diketahui. Penilaian BCS dilakukan dengan melihat area pelvis (dari samping), pemeriksa memperhatikan titik imajiner (garis hooks-thurl-pins yang berbentuk huruf V) dan menentukan scoring berdasarkan legokan atau cekungan yang terbentuk. Scoring bisa menggunakan skor 1-9 atau 1-5. Penilaian dan pemeriksaan anatomi serta ruang pelvis dilakukan secara perektal. Pemeriksaan ruang pelvis ini berguna untuk mengkalkulasikan presentase kejadian distokia yang mungkin terjadi, scoring ada untuk memperkirakan berat maksimal fetus yang dapat melewati ruang pelvis. Parameter yang diukur adalah lebar dan tinggi, dan alat yang digunakan adalah pelvimeter (pelvimeter manusia berbeda dengan hewan). Proses memasukkan pelvimeter dilakukan secara perlahan agar tidak menimbulkan stress pada ternak. Umur dan berat badan ternak akan menjadi faktor konversinya.

Pemeriksaan organ reproduksi biasa dilakukan melalui palpasi perektal, dimulai dari kondisi saluran reproduksi (vagina, serviks), sampai pada uterus, cornua uteri, dan ovarium. Pemeriksaan untuk organ reproduksi yang berpasangan (seperti ovarium atau pun cornua uteri) ini harus dilakukan terhadap keduanya. Pemeriksaan saluran reproduksi betina dilakukan untuk mengetahui maturity & cyclicity pada sapi yang memasuki usia pubertas. Evaluasi ini dilakukan melalui palpasi perektal ataupun ultrasonografi. Scoring diberikan dalam skala 1-5 yang berdasarkan pada ukuran uterus, uterus tone, ukuran ovarium, dan struktur ovarium. Penilaian dan pemeriksaan kondisi ambing mencakup posisi ambing turut menentukan, arah puting (tidak bengkok), ada tidaknya puting tambahan di salah satu kuartir, kesimetrisan kelenjar mamae, serta konsistensi ambing masing-masing kuarter (apakah ada yang keras atau tidak).

Comments

Popular posts from this blog

Kasus Cystolithiasis Akibat Infeksi pada Anjing

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

Tegak kaki dan diagnose kepincangan kuda-sapi

Prolapsus Bola Mata yang Disertai Miasis pada Anjing

MATERI KERAJINAN BERBAHAN LIMBAH LENGKAP

Konsep Pengolahan Limbah

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request