Breeding Soundness Examination pada Sapi dan Domba

 Breeding Soundness Examination (BSE) merupakan metode evaluasi kesuburan pada hewan jantan. Jantan yang digunakan untuk mengawini betina harus melalui BSE untuk memeroleh bibit unggul. BSE merupakan pemeriksaan secara tidak langsung. BSE dikembangkan oleh masyarakat theriogenology untuk memilih pejantan unggul dengan tujuan meningkatkan angka konsepsi (conception rate). BSE pada jantan dilakukan penilaian dengan mempertimbangkan fisik hewan, pedigree, libido atau keinginan dan kemampuan sapi jantan dalam melakukan perkawinan, bebas dari penyakit sistem repoduksi dan dalam kondisi sehat. Metode mating terbagi menjadi hand mating, pasture mating, dan artificial insemination atau inseminasi buatan. Hand mating adalah saat perkawinan dipilih oleh peternak (dikontrol). Jantan pada pasture mating akan dilepaskan pada padang penggembalaan.

Penilaian BSE dilakuakn dengan beberapa prosedur dasar yaitu pemeriksaan fisik dan medical history, pemeriksaan organ reproduksi dalam dan luar, pemeriksaan libido scoring system, evaluasi semen, dan pemeriksaan agen penyakit. Pemeriksaan fisik dan medical history meliputi pemeriksaan identitas, umur, status vaksinasi, eskterimitas, tidak menderita penyakit, BCS. Pemeriksaan pada ekterimitas penting dilakukan untuk memastikan apabila ada cedera maka hewan jantan tidak mampu untuk melakukan menaiki dan melakukan mating. Hewan jantan dengan ekstrimitas seperti sickle hook, letter X maupun letter O akan kesulitan saat mounting. Selain pemeriksaan pada esktrimitas dilakukan pula pemeriksaan keadaan punggung (tidak ankilosis), otot abdomen (kokoh dan kuat), dan tidak terlalu gemuk sehingga pejantan mampu mengangkat tubuhnya. Pemeriksaan organ reproduksi dalam dilakukan melalui palpasi perektal untuk mengetahui kelengkapan organ reproduksi bagian dalam. Apabila saat palpasi dilakukan dan sapi merejan maka ada indikasi sapi mengalami peradangan pada organ reproduksi dalam. 

Organ reproduksi bagian luar pertama yang diperiksa adalah testis. Kedua testis harus dipastikan turun kedalam kantong skrotum (tidak monorchid atau cryptorchid) lalu diukur lingkar skrotumnya. Skrotum yang baik adalah skrotum yang menggantung dan tidak terjepit oleh kedua kaki. Semakin besar lingkar skrotum maka volume dan konsentrasi semen juga akan semakin banyak. Preputium pada hewan jantan yang baik adalah preputium yang tidak terlalu menjuntai, tidak mengalami prolaps. Preputium yang mengalami fenile persisten juga kurang layak untuk dijadikan pejantan unggul. Kondisi ini karena jaringan preputium melekat di gland penis sehingga dapat mengganggu jalannya intromisi. Selanjutnya adalah pemeriksaan penis. Pemeriksaan penis dilakukan dengan ejakulator secara perektal. Libido Scoring System didasarkan pada keinginan jantan untuk menaiki betina. Evaluasi semen turut dilakukan untuk melihat kualitas dan kuantitas sperma.

Comments

Popular posts from this blog

Tegak kaki dan diagnose kepincangan kuda-sapi

Kasus Cystolithiasis Akibat Infeksi pada Anjing

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

Prolapsus Bola Mata yang Disertai Miasis pada Anjing

MATERI KERAJINAN BERBAHAN LIMBAH LENGKAP

Konsep Pengolahan Limbah

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request