Darah


 

Darah merupakan cairan dalam tubuh makhluk hidup (kecuali tumbuhan)yang memiliki fungsi utama membawa oksigen dan nutrien yang di butuhkan oleh tubuh , serta salah satu sistem pertahanan dari bakteri dan virus. Sel darah adalah semua sel dalam segala bentuk yang secara normal ditemukan dalam darah(Achmat 1996).Pengamatan sel darah dapat dilakukan dengan praktikum sel darah natif . terlihat jelas butir butir sel darah merah yang banyak namun pada percobaan ini tidah telihat begitu jelas perbedaan antara sel darah putih dan sel darah merah dan trombosit.

Hematokrit atau packed cell volume (PCV).adalah perbandingan sel darah merah terhadap total volume darah dalam 100 ml darah dan dinyatakan dalam persen.Volume sel dari hasil perhitungan hematokrit secara normal sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Kadar hematokrit sangat tergantung pada jumlah sel eritrosit, karena eritrosit merupakan masa sel terbesar dalam darah. Nilai hematokrit di pengaruhi oleh jumlah dan ukuran sel. Volume sel mungkin mengalami perubahan akibat peningkatan air plasma (hemodilution) atau penurunan air plasma (hemoconcentration) tanpa mempengaruhi jumlah sel sepenuhnya. Kadar hematokrit tergantung pada jumlah sel eritrosit , ukuran eritrosit tergantung pada jumlah sel eritrosit , ukuran eritrosit serta volume darah. (kee 2008).

Prinsip metode sahli adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standart warna pada alat hemoglobinometer. Dalam penetapan kadar hemoglobin, metode sahli memeberikan hasil 2% lebih rendah dari pada metode lain (Dacie & Lewis 1996).Metode Sahli merupakan metode estimasi kadar hemoglobin yang tidak teliti, karena alat hemoglobinometer tidak dapat distandarkan  dan pembandingan warna secara visual tidak teliti. Metode sahli juga kurang teliti  karena karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah menjadi hematin asam (Gandasoebrata 2010).Kelebihan Metode Sahli yaitu alat (Hemoglobinometer) praktis dan tidak membutuhkan listrik dan Harga alat (Hemoglobinometer) murah. Kekurangan Metode Sahli yaitu pembacaan secara visual kurang teliti, alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan, tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah menjadi hematin asam.Jumlah kadar hemoglobin dalam darah dapat diketahui dengan melakukan pengukuran kadar hemoglobin.

Terdapat berbagai cara yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar hemoglobin. Metode yang sering digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin di laboratorium adalah metode Sahli dan fotoelektrikdengan metode sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Walaupun metode pengukuran menggunakan metode sahli kurang baik karena hasilnya yang kurang akurat, namun metode ini cukup umum digunakan dalam dunia kedokteran (Bachyar 2002). Pengukuran hemoglobin juga dapat diukur dengan menggunakan alat  spektrofotometer.Prinsip perhitungan hemoglobin dengan menggunakan  spektrofotometer yaitu darah dicampur dengan larutan yang mengandung kalium  sianida dan kalium ferricyanide. Larutan tersebut kemudian mengoksidasi besi  ferricyanide potasium dan membentuk methemoglobin. Sianida potasium  kemudian dicampurkan dengan methemoglobin untuk mengubah hemoglobin  menjadi pigmen seperti cyanmethemoglobin yang stabil untuk dibaca pada  spektrofotometri yang dikenal juga sebagai hemoglobinometer. Alat ini digunakan  untuk membaca hemoglobin pada panjang gelombang 540 nm. Pembacaan  hemoglobin dengan menggunakan spektrofotometer berdasarkan pada konsentrasi  hemoglobin. Penentuan konsentrasi hemoglobin diperoleh dari jumlah cahaya  yang dapat diserap dari seberkas cahaya yang dilewatkan pada larutan yang akan  dideteksi. Hal ini dikarenakan jumlah absorbansi cahaya sebanding dengan  konsentrasi hemoglobin (Thrall et al. 2004).

Pemeriksan darah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini adalah jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit. Perhitungan jumlah sel darah merah dilakukan secara manual dengan menggunakan hemositometer. Darah diambil dengan menggunakan pipet pengencer RBC yang bersih dan telah disambungkan dengan aspirator sampai batas tera 0,5. Setelah itu, ujung pipet pengencer RBC dicelupkan ke dalam larutan pengencer hayem dan larutan hayem diambil sampai batas tera 101.Aspirator kemudian dilepas dari pipet pengencer RBC dan pangkal pipet ditutup dengan ibu jari dan bagian ujungnya ditutup dengan jari tengah. Antara darah dan larutan pengencer hayem dihomogenkan dengan melakukan gerakan angka delapan mendatar. Setelah larutan homogen, cairan tersebut dibuang 3 sampai 5 tetes untuk mendapatkan bagian yang benar-benar homogen. Hasil pengenceran kemudian diisikan ke dalam kamar hitung yang telah ditutupi cover glass dengan cara menyentuhkan ujung pipet pengencer pada permukaan kamar hitung. Kamar hitung kemudian didiamkan beberapa menit agar darah mengendap sempurna. Kamar hitung yang telah terisi dilihat dengan mikroskop mula-mula dengan perbesaran 10×10 kali untuk melihat apakah penyebaran darah telah merata. Setelah penyebaran darah merata, perhitungan jumlah sel darah merah dapat dilakukan dengan menghitung jumlah butir darah merah di dalam lima kotak yang terletak di daerah sentral yaitu pada pojok kanan atas dan bawah, pokok kiri atas dan bawah, serta satu kotak yang tepat berada di tengah dengan menggunakan perbesaran 10×40 kali. Hasil perhitungan akhir yaitu Jumlah sel darah merah dari perhitungan lima kotak tersebut dikalikan dengan 10.000 per mm3 (Thrall et al.2004).

 

Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der erythrocyten (BSE)  adalah kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di dalam tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam (Bridgen, 1999; Desai & Isa-Pratt, 2000; Norderson, 2004). Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit dalam plasma (Burns, 2004). Hasil pemeriksaan LED digunakan sebagai penanda non spesifik perjalanan penyakit, khususnya memantau proses inflamasi dan aktivitas penyakit akut (Seldon, 1998; Herdiman T. Pohan, 2004). Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi  dalam tubuh seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan jaringan (Estridge et al, 2000; Norderson, 2004).Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap awal adalah fase pembentukan rouleaux dimana sel-sel eritrosit tersusun bertumpuk-tumpuk yang berlangsung dalam waktu 10 menit, tahap kedua adalah fase pengendapan rouleaux eritrosit dengan kecepatan konstan yang berlangsung selama 40 menit, dan tahap ketiga adalah fase pengendapan eritrosit dengan kecepatan melambat disertai proses pemadatan maka pembacaan hasil pemeriksaan darah adalah 1 jam setelah tabung Westergren yang telah berisi sampel darah diletakkan tegak lurus pada raknya.(sakti 2006). Nilai rujukan normal LED wanita dewasa 0-20 mm/jam (wanita usia > 50 tahun 0-30 mm/jam), pria dewasa 0-15 mm/jam (pria usia > 50 tahun 0-20 mm/jam), anak-anak 0-10 mm/jam, dan neonatus 0-2 mm/jam (Fischbach & Dunning III 2009).

Nilai eritrosit rata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga indeks  eritrosit merupakan bagian dari pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap (Complete Blood Count). Pemeriksaan ini memberikan keterangan mengenai ukuran  rata-rata eritrosit dan banyaknya hemoglobin (Hb) per total eritrosit. Umumnya  digunakan untuk membantu diagnosa penyebab anemia berdasarkan morfologinya. Menurut Thrall (2004), penentuan indeks eritrosit ada tiga jenis yaitu volume eritrosit  rata-rata (VER), hemoglobin eritrosit rata-rata (HER), dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER). VER merupakan rataan volume eritrosit dalam femtoliter (1 fL = 10-15 liter). HER adalah konsentrasi atau kandungan hemoglobin rataan dari setiap eritrosit dalam pikogram (pg). KHER merupakan rataan konsentrasi hemoglobin dalam 100 ml hematokrit dalam persen (%) atau gram/desiliter (g/dL). Jumlah leukosit normal pada kelinci menurut Jain (1993) berkisar 6,30-10,06 x 103 /µl. Leukosit atau sel darah putih merupakan sel pertahanan tubuh pada keadaan normal jumlahnya tidak terlalu banyak, akan tetapi dapat meningkat apabila ada invasi zat asing, parasit, alergi dan banyaknya jaringan yang mati. Leukosit memiliki dua fungsi yaitu menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis dan membentuk antibodi (Guyton dan Hall 1997). Menurut Kresno (2001), fagosit mononuklear terdiri atas monosit dan limfosit serta polimorfonuklear yang terdiri atas neutrofil, eosinofil dan basofil.

 

Parameter Normal Eritrosit Kelinci NZW 

 

Parameter                                 Jantan                      Betina

Total Eritrosit (106/µL)          5,46–7,94              5,11–6,51

Hematokrit (%)                       33–50                    31,0–48,6

Hemoglobin (g/dL)                 10,4–17,4              9,8–15,8 

VER (fl)                                   58,5–66,5             57,8–65,4

HER (pg)                                 18,7–22,7             17,1–33,5 

KHER (%)                                33–50                   28,7–35,7 

Sumber: Zimmerman et al. 2010 

        

Perhitungan volume eritrosit rata-rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV)  menghasilkan nilai lebih kecil dari normalnya. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah nutrisi yang tidak terpenuhi, volume darah tidak normal, temperatur ekstrem, lingkungan tidak bagus, ketinggian tempat, kondisi fisiologis, perubahan volume plasma, laju destruksi eritrosit, serta hormone (Guyton dan Hall, 2006). Perhitungan hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH) menghasilkan nilai lebih kecil dari normalnya. Hal ini disebabkan faktor antara lain kecukupan zat besi dalam tubuh, metabolisme zat besi, suhu tubuh, banyaknya jumlah oksigen, nutrisi, dan penyakit (Murray dkk. 2009). Perhitungan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC) menghasilkan nilai lebih kecil dari literatur. Hal ini disebabkan karena hemogoblin pada kelinci lebih kecil dari normalnya, padahal perhitungan MHCH adalah nilai hemogoblin dikali seratus persen kemudian dibagi nilai hematokrit. Sehingga hal itu dapat mempengaruhi hasil yang didapat.


Achmat D. 1996. Pembentukan Sel Darah Merah dan Mikro Elemen yang Esensial.Jakarta (ID).

Bachyar. 2002. Pengukuran Hemoglobin. Jakarta (ID)

Burns C. 2004. Routine hematology procedures. In: McKenzie S. B., editor: Clinical laboratory hematology. New Jersey: Pearson Education. 

Dacie, Lewis.1996.Practical Haematology.washingtong publc

Desai SP, Isa ,Pratt S. 2000. Clinician’s guide to laboratory medicine. Hudson, Ohiio: Lexi Comp Inc.

Estridge BH, Reynolds AP. Walters NJ.2000. Basic medical laboratory techniques. Albany, New York: Thomson Learning.

Frandson RD. 1992. Anatomy and Physiology of Farm Animals 4th Edition. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Gandasoebrata R.2010. Penuntun Laboratorium Klinis. Edisi 15.Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Program Studi.1(7):13-14

Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Herdiman T.2004. Manfaat klinis pemeriksaan LED. Dalam: Djoko Widodo, Herdiman T. Pohan, editor: Bunga rampai penyakit infeksi. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kee JL.2008.Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik (Edisi 6).Jakarta (id):EGC.

Murray R K, Granner D K, Rodwell V. W. 2009. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.

Norderson N. J. 2004. Erythrocyte sedimentation rate. 

http://www.ehendrick.com/healthy/00503.htm. 12 November 2019.

 

Sakti LHP. 2006. Uji validitas hasil pengukuran laju endap darah metode Humased 20 dibandingkan dengan metode Westergren pada penderita TBC [thesis]. Bandung (ID): Universitas Kristen Maranatha

 Thrall MA. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Maryland (US):  Lippincott Williams and Wilkins.

 Zimmerman KL, Moore DM, Smith SA. 2010. Hematology of Laboratory Rabbits  (Oryctolagus cuniculus). Dalam Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. Lowa (US): Wiley-Blackwell.

 

Seldom M. 1998. Erythrocyte sedimentation rate. 

http://www.haps.nsw.gov/edrsrch/edinfo/esr.html. 12 November 2019.

Pemeriksaan darah natif dapat melihat butir butir darah terutamah butir darah merah dan dapat memperlihatkan morfologi sel darah merah pada kekuatan lensa yang besar. Pemeriksaan hematokrit darah dapat menentukan persentase jumlah eritrosit dalam darah dimana pada praktikum mendapatkan hasil 35%. Laju endap darah dapat di jadikan indikator adanya penyakit infeksi dalam tubuh. Penentuan kadar haemoglobin ditentukan dengan metode sahli berdasarkan hasil praktikum yaitu 8,2%.perhitungan jumlah butir darah merah atau eritrosit dapat dapat dilakukan dengan menggunakan hemositometer. MCV, MCH,MCHC dapat di gunakan untuk mengindikasi anemia pada pasien.

 

Comments

Popular posts from this blog

Essay Pengabdian Masyarakat

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

SENSORIK UMUM (SISTEM SENSORIK SOMATIS) dan REFLEKS

Kasus Cystolithiasis Akibat Infeksi pada Anjing

Prolapsus Bola Mata yang Disertai Miasis pada Anjing

Tegak kaki dan diagnose kepincangan kuda-sapi

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request