Usaha Budidaya Ikan Lele, Biologi dan Ekologinya, Kualitas Air, Pemilihan Lokasi, Fasilitas, Sarana Produksi, Hama dan Penyakit, Panen dan Pasca Panen, Modalnya

 

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fm.merdeka.com%2Fjateng%2F9-makanan-ikan-lele-kaya-nutrisi-mempercepat-pertumbuhan-secara-efektif-kln.html&psig=AOvVaw0mOmPE_SubPiUupMgvFg3Y&ust=1635312027679000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjhxqFwoTCPCDn-yp5_MCFQAAAAAdAAAAABAD

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi cukup besar untuk melakukan pengembangan budidaya ikan air tawar. Salah satu komoditas ikan air tawar yang sangat potensial adalah ikan lele. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan ini sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, pemasarannya relatif mudah, dan modal yang dibutuhkan relatif rendah.

Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, dan lebih tahan penyakit. Namun demikian, perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah dan penggunaan induk yang berkualitas rendah. Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, melakukan rekayasa genetik dengan cara silang balik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele sangkuriang. Prospek pembudidayaan ikan lele sangat cerah, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya warung- warung atau rumah makan yang menyediakan menu ikan lele dan permintaan lainnya dari industri pangan.

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lingkungan hidup bagi ikan lele.

Ikan lele ini hidup di air tawar. Jika ikan ini mengalami stres atau kaget maka warna tubuhnya akan berubah menjadi terang. Ikan lele memiliki patil yang tidak beracun dan pertumbuhannya cepat. Salah satu sifat lele yaitu suka meloncat kedarat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele merupakan hewan yang banyak melakukan aktivitas dimalam hari (nocturnal). Sifat ini akan tampak saat lele akan mencari makan. Itulah sebabnya lele akan lebih suka berada ditempat gelap dibanding ditempat yang terang.

Seperti halnya sifat biologi ikan lele tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup ikan. Ikan lele dapat hidup pada perairan yang nilai kandungan oksigen terlarutnya rendah, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut arborescen organ. Meskipun lele mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah, namun untuk menunjang agar ikan lele dapat tumbuh secara optimal diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan lele yaitu sebesar 6 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut yang menunjang pertumbuhan dan proses reproduksi ikan lele yaitu lebih dari 5 ppm.

Suhu memiliki peranan yang penting dalam perairan karena suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan, dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°. Suhu yang baik untuk pertumbuhan lele yaitu berkisar antara 24-26 0C.

PH memiliki peranan penting dalam bidang perikanan karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Tinggi rendahnya suatu pH dalam perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme pada ikan. Nilai pH yang baik untuk lele berkisar antara 6,5-8,5.

Pemilihan lokasi untuk pembesaran lele sangat terkait dengan lahan. Lahan adalah tanah yang akan digunakan untuk membangun fasilitas produksi. Oleh karena lele akan dibesarkan ditempat ini, maka memilih lahan tidak boleh sembarangan. Hal ini akan berkaitan erat dengan kelangsungan hidup lele, manajemen usaha, penyediaan sarana produksi, dan pemasaran hasil. Untuk menetapkan sebidang tanah sebagai lahan usaha, harus didasarkan pada beberapa pertimbangan pokok, yaitu syarat lahan, luas lahan, jenis tanah, dan air. Pertimbangan lainnya adalah izin usaha dan pola hidup masyarakat setempat.

Memilih lahan untuk membangun fasilitas produksi lele tidak hanya melihat dari harganya yang murah, tetapi harus disesuaikan dengan persyaratannya agar bisa menerapkan kaidah-kaidah atau cara budidaya ikan yang baik. Selain itu, proses produksi juga dapat berjalan dengan lancar sehingga produksi bisa mencapai hasil yang maksimal. Pemilihan lahan untuk fasilitas produksi lele sangkuriang harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, dan sosial. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dekat dengan sumber air, tetapi bukan merupakan daerah banjir

b. Kualitas airnya baik, tidak tercemar oleh limbah industri dan logam berat

c. Air mengalir secara kontinu sepanjang musim

d. Jenis tanahnya baik

e. Luas lahan disesuaikan dengan jumlah produksi

Luas lahan harus ditentukan sebelum usaha pembesaran lele sangkuriang dimulai. Penentuan luas lahan didasarkan pada luas lahan produktif dan luas lahan yang tidak porduktif. Lahan produktif adalah lahan yang langsung digunakan untuk membangun fasilitas utama, misalnya kolam pembesaran. Sedangkan lahan yang tidak produktif adalah lahan yang digunakan untuk fasilitas pendukung, seperti rumah karyawan, kantor, gudang, dan ruang pertemuan.

Jenis tanah perlu diperhatikan dan perlu diketahui sebelum dijadikan sebagai lahan usaha. Hal ini karena jenis tanah harus memenuhi persyaratan, baik kemampuan dalam menampung massa air kolam maupun kesuburannya. Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap biaya operasional, seperti ketersediaan pakan dan produktifitas kolam. Tidak semua jenis tanah dapat digunakan sebagai lahan kegiatan pembesaran lele sangkuriang karena tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan air kolam. Kolam yang subur akan mudah menumbuhkan pakan alami yang dibutuhkan oleh ikan. Adapun tanah yang baik dalam pembuatan kolam lele adalah jenis tanah lempung berpasir (tanah liat) karena tanah ini mengandung pasir 30% sehingga mudah dibuat kolam dengan pematang yang kokoh dan kondisi tanahnya subur.

Air merupakan faktor utama dan mutlak diperlukan dalam kegiatan pembesaran lele. Sebagai media hidup ikan, air perlu diketahui sebelum memulai usaha. Berhasil atau tidaknya pembesaran lele tersebut sangat ditentukan oleh kondisi airnya. Kualitas air yang baik dapat memberikan hasil yang memuaskan. Sebaliknya, kualitas air yang kurang baik tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Ada dua faktor yang harus diperhatikan pada air, yaitu sumber dan kualitas airnya.

Air untuk kolam pembesaran lele dapat berasal dari sungai, irigasi, atau saluran air kecil. Ketiga sumber air itu memiliki kelebihan dan kekurangan, terutama bila ditinjau dari segi ekonomis dan skala usahanya. Dari ketiga jenis sumber air ini, air yang berasal dari saluran kecil cocok untuk kolam yang sempit atau kecil karena tidak diperlukan pembuatan bendungan atau pintu air, tetapi cukup dibuat gundukan batu. Air dari sumber air ini kurang cocok untuk perkolaman yang luas karena debit airnya sangat kecil.

Faktor utama yang harus diperhatikan dari air adalah kualitasnya. Kelangsungan hidup ikan tergantung dari kualitas air karena kualitas air sangat berpengaruh pada keseimbangan fisiologis dan organ-organ tubuh ikan serta akan berdampak pada pertumbuhan dan reproduksi ikan. Tiga sifat air yang perlu diperhatikan yaitu sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi. Parameter sifat fisika seperti warna, kekeruhan dan suhu. Parameter sifat kimia seperti oksigen, karbondioksida, pH, dan amoniak. Sedangkan parameter sifat biologi seperti adanya binatang-binatang yang hidup diperairan tersebut.

Fasilitas untuk memproduksi lele terdiri dari bangunan utama, yaitu bangunan yang langsung digunakan untuk budidaya dan bangunan pendukung, yaitu bangunan yang tidak langsung digunakan untuk kegiatan budidaya, tetapi sangat mendukung kegiatan produksi. Bangunan utama dalam pembesaran lele adalah kolam pembesaran. Sementara fasilitas pendukung meliputi rumah karyawan atau rumah jaga, kantor dan Gudang.

Kolam pembesaran lele adalah tempat untuk memelihara benih yang berasal dari kolam pendederan (atau benih beli) hingga menjadi ikan lele siap konsumsi.Ukuran luas kolam bisa bervariasi dari 200-500 m2 atau tergantung pada sistem budidaya yang diterapkan. Bila sistem budidaya intensif, luas kolam pembesaran lele biasanya hanya berukuran 50-100 m2. Kolam pembesaran lele sangkuriang ada tiga, yaitu kolam tanah (kolam irigasi, kolam tadah hujan, dan kolam rawa), kolam beton serta kolam terpal.

Lele pada dasarnya senang hidup dalam keadaan air yang agak tenang dengan kedalaman yang cukup sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor, dan miskin akan kandungan oksigen terlarut. Dengan kondisi demikian, lele sangkuriang dapat dipelihara dan tetap bisa tumbuh dengan baik di berbagai jenis kolam.

Kolam irigasi adalah kolam yang memperoleh pengairan dari sumber irigasi. Penggunaan kolam irigasi untuk pembesaran lele sangat dianjurkan karena pengairan kolam ini selalu tersedia sepanjang waktu dan jauh dari kekhawatiran kemungkinan kekurangan air. Dengan demikian, proses pembesaran dapat berjalan sepanjang tahun. Disamping itu, penentuan luas kolam irigasi juga lebih leluasa sehingga kolam bisa dibuat dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Kolam tadah hujan adalah kolam yang hanya mendapat sumber air dari air hujan. Kolam tadah hujan ini dibuat bila disekitar lokasi tidak terdapat sumber air irigasi atau air tanah. Jadi, sumber air untuk mengisi air kolam sepenuhnya berasal dari air hujan. Oleh karena mengandalkan air hujan maka curah hujan akan menentukan jumlah atau volume air kolam. Namun, kolam air diam ini masih cukup baik untuk pembesaran karena lele mampu hidup dalam kondisi air yang minim oksigen, asal proses persediaan air selama produksinya cukup. Untuk menjamin tersedianya air selama proses produksi, jenis tanah yang akan dijadikan kolam tadah hujan mutlak dari jenis tanah yang cukup kedap air sehingga mampu menampung air dalam waktu yang lama.

Kolam rawa adalah kolam yang dibangun di daerah dataran rendah, tetapi bukan daerah pasang surut. Umumnya kolam rawa bersifat sangat asam (pH rendah, kurang dari 4). Sifat tanah dan air kolam yang asam sebenarnya tidak cukup baik untuk pembesaran lele. Namun hal ini dapat diatasi dengan teknik reklamasi (pencucian). Caranya, kolam rawa tersebut dialiri air baru untuk mempercepat proses material asam dan selanjutnya dibuang ke perairan yang lebih luas. Upaya lain untuk menaikan pH pada kolam rawa adalah dengan pengapuran. Biasanya efek kapur akan sangat membantu bila terlebih dahulu kolam direklamasi sebelum dikapur. Pengapuran dilakukan di dasar kolam dan selanjutnya untuk menjaga stabilitas air dapat ditambahkan kapur dengan dosis yang lebih rendah.

Kolam beton adalah kolam yang bagian dasar kolam dan pematangnya dibeton sehingga tidak mudah rusak. Pematang beton dibuat tegak lurus. Untuk luas kolam 100 m2, lebar pematang cukup dibuat dengan lebar 30-40 cm. Ketinggian pematang 1-1,5 m dengan konstruksi dasar kolam melandai ke titik pusat pintu pengeluaran dengan kemiringan 5-10%. Saluran pemasukan air berupa pipa PVC berdiameter 3 inci dipasang agak menjulur ke tengah dengan ketinggian dari permukaan air minimal 50 cm karena lele suka melompat mengikuti aliran air masuk. Pipa pengeluaran diusahakan agar dapat mengeluarkan lapisan dasar karena lapisan tersebut banyak mengandung bahan endapan lumpur dan sisa-sisa makanan serta kotoran ikan yang dapat mengurangi mutu air.

Kolam terpal adalah jenis kolam yang menggunakan terpal sebagai bahan utamanya dan didukung oleh bahan lainnya. Jenis kolam ini bisa dibongkar pasang sehingga bisa di pindah tempatkan. Selain itu, biaya untuk pembuatan kolam ini juga tidak terlalu mahal dan proses pembuatannya relatif mudah dan praktis. Namun kelemahannya adalah kolam ini tidak bisa bertahan lama.

Jenis kolam terpal ada dua, yaitu kolam terpal yang terletak di atas permukaan tanah dan kolam terpal yang berada di dalam tanah. Konstruksi pada kolam terpal yang berada di atas tanah menggunakan kerangka yang bisa dibuat dari bambu, pipa ledeng, dan batu bata. Sementara kolam terpal yang berada di dalam tanah merupakan kolam tanah biasa yang dilapisi terpal di bagian dasar dan dindingnya. Sama seperti jenis kolam lainnya, kolam terpal juga dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan saluran pengeluaran air untuk menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air.

Fasilitas pendukung usaha lele adalah rumah untuk karyawan, kantor dan gudang. Rumah karyawan bisa dibangun di dekat kolam pembesaran sehingga memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Kantor merupakan ruangan yang digunakan untuk manajemen kepegawaian, tata usaha, tempat transaksi, dan tempat menerima tamu. Gudang didirikan untuk menyimpan alat dan sarana produksi yang penting, seperti pakan, pupuk, dan lain-lainnya. Gudang dan kantor ini dapat dibuat secara berdampingan. Ukurannya masing- masing 3x3 m. Tempatnya bisa dibuat di depan atau di belakang kolam pembesaran.

Dalam budidaya lele, selain fasilitas harus memadai, sarana produksi pun harus tersedia. Hal ini bertujuan agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar dan target produksi dapat tercapai. Jumlah sarana produksi yang harus disediakan tergantung dari skala usaha dan target usaha yang akan dicapai.

Benih adalah anak ikan yang akan dipelihara pada masa pembesaran. Benih yang akan dipelihara pada masa pembesaran adalah benih yang telah berukuran 7- 9 cm dengan berat antara 2,30-3,60 g. Jenis lele yang akan dibesarkan dipilih karena memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Keseragaman benih perlu diperhatikan agar pertumbuhan semua benih serempak. Benih yang terlalu besar akan menghabiskan pakan dalam jumlah yang banyak sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat. Sementara benih yang terlalu kecil akan kalah merebut pakan sehingga konsumsi pakannya lebih sedikit. Akibatnya, pertumbuhannya akan terhambat. Untuk mendapatkan benih yang seragam, perlu dilakukan seleksi. Baskom berlubang yang besar bisa digunakan untuk seleksi benih. Adapun cara seleksinya sebagai berikut:

a. Masukan benih ke dalam baskom yang berlubang-lubang. Ukuran lubang diameter ini sekitar 1,5 cm.

b. Goyang-goyangkan baskom sehingga ukuran lele yang terlalu kecil akan lolos dari lubang tersebut.

c. Sementara benih yang tertinggal dalam baskom adalah benih yang berukuran besar. Benih-benih itulah yang akan digunakan dalam pembesaran.

Sarana produksi kedua yang harus disediakan dalam pembesaran lele sangkuriang adalah pakan. Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada hewan ternak (baik berupa bahan organik maupun anorganik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatannya. Zat pakan adalah bagian dari bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap dan bermanfaat bagi tubuh (ada 6 macam zat pakan: air, mineral, karbohidrat, lemak, protein dan vitamin). Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel- sel yang rusak dan untuk tumbuh.

Pakan yang dimakan ikan berasal alam (disebut pakan alami) dan dari buatan manusia (disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah terdapat secara alami dalam perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami sangat bagus diberikan pada ikan yang masih dalam stadia benih. Sedangkan pakan buatan diramu dari beberapa bahan baku yang memilii kandungan nutrisi spesifik. Bahan baku diolah secara sederhana atau diolah di pabrik secara masal dan menghasilkan pakan buatan berbentuk pellet, tepung, remeh atau crumble dan pasta.

Hama ikan adalah hewan yang berukuran lebih kecil, sama atau lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Secara umum hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat hidupnya, yaitu :

Predator secara harfiah diartikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya predator adalah binatang yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara memangsa atau menyantap targetnya. Predator adalah hewan pemangsa yang secara sengaja maupun tidak sengaja masuk ke areal budidaya ikan dan memangsa ikan yang dibudidayakan. Jenisnya dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat dan beberapa jenis serangga/insekta air. Contohnya seperti ikan gabus atau pemangsa lainnya seperti linsang, ular atau burung.

Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak. Hama ini tidak dikehendaki keberadaannya dalam wadah atau areal budidaya. Contohnya ikan sejenis yang berukuran lebih besar, kepiting, katak, keong dan sebagainya.

Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, seperti saat sampling yang tidak sesuai aturan atau cara panen yang kurang baik. Selain itu, ada juga literatur yang mengelompokkan hama ketiga ini dalam istilah ”pencuri”, yang merupakan hama menakutkan bagi petani ikan.

Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit internal yaitu berupa kelainan genetik, saraf dan metabolik. Sedangkan penyakit eksternal terdiri dari penyakit patogen (bersifat parasit; penyakit viral, jamur dan bakteri) dan non patogen (bersifat lingkungan atau kualitas air dan nutrisi; pH, zat beracun, kekurangan nutrisi, kelarutan gas, dll).

Sama seperti ikan lainnya, lele tidak terlepas dari ancaman hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang lele umumnya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung, misalnya kualitas air (terutama suhu) di bawah standar atau akibat stres karena penanganan yang salah sehingga ikan sakit. sedangkan organisme patogen yang menyerang berupa Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp., dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan organisme patogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik serta pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam secara baik. Jika perlu memperbaiki kondisi air kolam dengan menambahkan bahan probiotik. Sedangkan pengobatan ikan yang sudah terserang penyakit dapat dilakukan dengan memberikan obat yang sesuai dengan jenis penyakitnya.

Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15- 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.

Setelah semua kegiatan pemanenan selesai, maka ikan-ikan tersebut siap untuk dipasarkan. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Dengan kata lain, pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Modal adalah sejumlah uang atau barang yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah usaha. Modal juga dapat digunakan untuk mengembangkan usaha yang telah dijalankan untuk membuat usaha tersebut menjadi lebih besar skalanya dibandingkan waktu sebelumnya. Modal tersebut dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri adalah modal yang didapatkan dari pendanaan yang diperoleh dari diri sendiri. Sedangkan modal pinjaman adalah modal yang didapatkan dari pihak luar dan bukan dari diri sendiri.

 

Comments

Popular posts from this blog

Infeksi Toxocara vitulorum (Toxocariosis) pada Ruminansia Besar

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

HASIL WAWANCARA BUDIDAYA BEBEK

MATERI KERAJINAN BERBAHAN LIMBAH LENGKAP

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request