Limbah Gas, Proses Pencemaran limbah gas, Unsur-Unsur dari limbah gas, Pengaruhnya limbah gas untuk kesehatan manusia, Cara Penanganan limbah gas
Udara adalah media pencemar untuk
limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan
udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2
dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat
kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Pencemaran udara dapat disebabkan
oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas manusia. Pada umumnya
pencemaran yang diakibatkan oleb sumber alami sukar diketahui besarnya,
walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara dan
aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih
mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui jenis bahan,
spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, serta spesifikasi
satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Selain itu
sebaran polutan ke atmosfir dapat pula diperkirakan dengan berbagai macam
pendekatan.
Zat pencemar melalui udara
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah
butiran halus dan masih rnungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap
air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya aapat
dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.
Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.
Untuk beberapa bahan tertentu zat
pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu kondisi temperatur ataupun
tekanan tertentu bahan padat/cair itu dapat berubah menjadi gas. Baik partikel
maupun gas membawa akibat terutama bagi kesehatan,manusia seperti debu
batubara, asbes, semen, belerang, asap pembakaran,uap air, gas sulfida, uap
amoniak, dan lain-lain.
Pencemaran yang ditimbulkannya
tergantung pada jenis limbah, volume yang lepas di udara bebas dan lamanya
berada dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara dapat berakibat luas
karena faktor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.Pada malam hari zat yang
berada dalam udara turun kembali ke bumi bersamaan dengan embun. Adanya
partikel kecil secara terus menerus jatuh di atap rumah, di permukaan daun pada
pagi hari menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi hujan
masam.
Semua spesies kimia yang
dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang "bersih" disebut kontaminan.
Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif
terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebat cemaran
(pollutant).
Cemaran udara diklasifihasikan
menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer
yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang
diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran
yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas
manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik,
instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer.
Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source)
seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga,
jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus,
pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara
total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida,
b. Nitrogen oksida,
c. Hidrokarbon,
d. Sulfur oksida,
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat
cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap
komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran
primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa pencemaran sekunder
yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal, regional maupun global
yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut)
atau smog (smoke fog), c
. CFC
(Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
d. CH4 (metana).
Penyakit-penyakit yang dapat
disebabkan oleh pencemaran udara adalah:
1) Bronchitis kronika. Pengaruh
pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini membuktikan bahwa
prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan
membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
2) Emphysema pulmonum.
3) Bronchopneumonia.
4) Asthma bronchiale Dll.
Pencemaran udara sebenarnya dapat
berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas
tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh
limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.
1) Mengontrol
Emisi Gas Buang
Gas-gas buang
seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat
dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat
dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi
menggunakan filter basah (wet scrubber). Mekanisme kerja filter basah ini akan
dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode
menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat.
Gas nitrogen
oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara
menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari
hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat
pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat dikurangi
kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar
alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2) Menghilangkan
Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
Ada beberapa
metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar
pengembangan yang dilakukan adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam
netralisasi dan pembersihan partikel. Pilihan peralatan dilakukan atas dasar
faktor berikut :
1. Jenis bahan
pencemar (polutan)
2. Komposisi
3. Konsentrasi
4. Kecepatan
air polutan
5. Daya racun
polutan
6. Berat jenis
7. Rekativitas
8. Kondisi
lingkungan
Desain
peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh tingkat
efisiensi yang maksimum. Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di
pasaran. Pilihan desain yang diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah,
sebab itu harus dibentuk desain baru. Kemampuan untuk mendesain peralatan
membutuhkan keahlian tersendiri dan ini merupakan masalah tersendiri pula.
Disamping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu nilai ekonomis
peralatan. Tidakkah peralatan mencakup sebagian besar investasi yang tentu
harus dibebankan pada harga pokok produksi. Permasalahannya bahwa ternyata
kemudian biaya pengendalian menjadi beban konsumen.
Teknologi
pengendalian harus dikaji secara seksama agar penggunaan alat tidak berlebihan
dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi
persyaratan perlindungan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
teknologi pengendalian dan rancangan sistemnya adalah:
1. Sifat gas
buang atau efluen
2. Tingkat
pengurangan limbah yang dibutuhkan
3. Teknologi
komponen alat pengendalian pencemaran
4. Kemungkinan
perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomi
Pengendalian
pencemaran udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengendalian pada sumber
pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar
merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi
keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke
lingkungan. Didalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri
dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi
senyawa pencemar. Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu dari
aliran gas buang. Debu dpat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi
kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda. Maka dari
itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir
pengolahan dan juga aspek ekonomis.
Metode fisik
dan kimia dapat dilakukan untuk memurnikan gas buangan agar lebih ramah
lingkungan. Metode fisik- kimia ini dilakukan berdasarkan perubahan fase atau
penyerapan pada suatu adsorban,
Metode fase
gas
Metode ini
digunakan untuk menyamarkan bau busuk yang tidak disukai dengan memberikan bau-
bauan yang enak. Pada dasarnya metode ini bukan untuk menghilangkan gas, namun
hanya untuk menyamarkan saja.
Metode fase
cair
Metode ini
merupakan metode yang digunakan untuk penyerapan gas yang memiliki tingkat
kelarutan yang tinggi pada zat cair. Gas buangan dialirkan kemudian dikontakkan
dengan senyawa penyerap gas (adsorban) yang mana pada umumnya menggunakan air
(baca: jenis-jenis air). Kemudian adsorban akan dimurnikan kembali jika
memungkinkan, dimanfaatkan untuk penggunaan lainnya, atau dibuang.
Metode fase
padat
Metode ini
digunakan untuk penyerapan gas oleh senyawa penyerap atau adsorban dalam bentuk
padat. Proses ini dimulai dengan melarikan gas dan mengontakkannya dengan
dengan adsorban padat. Molekul gas akan terserap dan terkondensasi di permukaan
adsorban secara fisik maupun kimia. Contoh salah satu adsorban yang sering
digunakan adalah arang aktif. Arang aktif ini banyak bentuknya.
Arang aktif dalam
bentuk granular banyak digunakan sebagai penyerap bau dan juga warna. Arang
aktif dalam bentuk serat banyak digunakan untuk menyerap bau dan warna pula.
Arang aktif jenis serat ini mempunyai daya serap yang lebih tinggi daripada
jenis granular. Daya serap secara fisik dan kimia ini hanya berlangsung selama
2 hingga 3 hari saja sebelum mencapai titik jenuh.
Metode
pembakaran
Metode ini
dilakukan dengan cara membakar langsung gas senyawa organik pada tingkat suhu
yang cukup sehingga dapat menghasilkan karbondioksida dan air. Namun metode ini
mempunyai kelemahan, yaitu membutuhkan biaya yang lumayan besar, sehingga
banyak orang menghindari metode ini.
Itulah
beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengolah limbah gas agar nantinya
tidak terlalu mencemari udara. Cara- cara tersebut dapat dilakukan secara
indivial maupun kolektif. Sehingga kita bisa memulainya dari diri sendiri
kemudian kepada masyarakat.
Comments
Post a Comment