LAPORAN PENGOLAHAN SEMEN BEKU

 

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI


                                           

 

PENGOLAHAN SEMEN BEKU

 


Pengolahan Semen Beku

1.       Jelaskan perbedaan tahapan pembekuan semen 1 tahap dan 2 tahap?

Pengenceran dengan   metode   satu   tahap, dilakukan   dengan   cara   memasukkan     pengencer     melalui     dinding     gelas     erlenmeyer yang berisi semen secara perlahan hingga seluruh pengencer tercampur homogen. Pencampuran antara semen segar dan pengencer dilakukan pada suhu kamar atau menggunakan water bath bersuhu 30oC (Herdiawan 2004).

Pada metode dua tahap, pengencer dibagi ke dalam dua bagian dengan volume sama. Pengencer A mengandung bahan pengencer tanpa gliserol, sedangkan pengencer B mengandung bahan pengencer ditambah gliserol. Semen yang telah dievaluasi dan memenuhi persyaratan dicampur dengan pengencer A sebanyak setengah volume dan dimasukan ke dalam lemari es (3-5ᴼC). Setelah satu jam ekulibrasi, semen ditambahkan sebanyak ¼ volume pengencer B dan satu jam kemudian ditambahkan ¼ lagi. Proses ekuilibrasi dilanjutkan selama satu jam, kemudian dilakukan pengemasan ke dalam straw. Proses dilanjutkan dengan pembekuan dalam nitrogen cair (Mulyadi 2004).

Dutta et al. (1991) mengatakan metode pemberian gliserol satu tahap, semen dicampurkan dengan pengencer Tris-kuning telur, kemudian tambahkan gliserol 6,4% secara perlahan-lahan. Semen dan pengencer didinginkan sampai suhu 5oC selama 2 jam. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan semen ke dalam straw (0,25 ml) pada tiga warna yang berbeda (Dhami et al. 1995).

Pada metode dua tahap, pengencer dibagi menjadi dua bagian yang sama. Pengencer A terdiri dari Tris-kuning telur tanpa penambahan gliserol. Pengencer B terdiri Tris-kuning ditambahkan gliserol 12,8%. Campurkan pengencer A dengan semen pada suhu kamar, kemudian didinginkan sampai 5oC selama 2 jam. Setelah itu campur pengenceran A dengan pengenceran B pada suhu 5oC kemudian masukkan kedalam straw (Dhami et al. 1995).

Metode pembekuan satu tahap hanya menggunakan satu buah pengencer dengan penambahan gliserol di awal maupun setelah ekuilibrasi. Sedangkan dalam metode pembekuan dua tahap, digunakan dua pengencer yang terdiri atas pengencer A yang tidak mengandung gliserol dan pengencer B yang mengandung gliserol (Mulyadi 2004).

2.       Jelaskan prinsip-prinsip penting dalam tahapan pembekuan semen?

Kualitas semen beku yang digunakan untuk inseminasi buatan dipengaruhi oleh proses pembekuan. Problema pembekuan semen yaitu adanya pengaruh cold shockdan pembentukan kristal-kristal es. Kelemahan ini dapat diatasi dengan menggunakan zat-zat pelindung di dalam pengencer seperti gliserol. Keefisienan gliserol pada masa pembekuan sangat dipengaruhi oleh waktu ekuilibrasi. Menurut Apriyanti (2012) setelah ekuilibrasi (pre thawing) terbaik pada ekuilibrasi 4 dan 6 jam. analisis statistik menunjukkan bahwa waktu ekuilibrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap motilitas, persentase hidup dan membran plasma utuh spermatozoa sapi Pesisir, sedangkan untuk abnormalitas waktu ekuilibrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Menurut Watson (1996) terdapat pengaruh antara suhu dan lama thawing terhadap persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup setelah thawing, tetapi tidak terdapat interaksi antara suhu dan lama thawing. Suhu 37oC dan lama thawing 15 detik memberikan pengaruh yang terbaik terhadap kualitas semen beku sapi Simmental di dataran rendah.

Menurut Ardhani et al. (2020) lama penyimpanan semen beku yang disimpan selama satu sampai sepuluh tahun pada nitrogen cair layak digunakan untuk inseminasi buatan berdasarkan kualitas motilitas (44,99 ± 2,40%), viabilitas (55,33 ± 2,60%), velositas (0,050 ± 0,002 mm/detik), abnormalitas (12,87 ± 1,09%), membran plasma utuh (58,83 ± 1,86%), tudung akrosom utuh (75,48 ± 1,61%), dan kerusakan DNA spermatozoa (1,60 ± 0,21%).

3.       Menghitung kebutuhan bahan dalam pengenceran semen beku:

Vol semen sapi: 4 mL                      konsentrasi: 1100 juta/mL

Motilitas 75%                                     Dosis IB = 25 x 106 sperma/ 0.25 mL

(a)    Berapa jumlah sapi betina yang bisa di IB?




(b)    Berapa volume bahan pengencer yang dipakai untuk pengenceran semen beku ini

`          

(c) Berapa volume bahan pengencer semen beku yang harus disiapkan dengan metode 2 tahap?

 

Untuk mengencerkan 4 ml semen dengan 29 ml bahan pengencer, maka bahan pengencer yang disiapkan harus lebih dari 29 ml. Maka dibuat dua buah pengencer dengan masing-masing 50 ml

 

Pengencer A

Buffer 80%                          = 80/100 x 50 ml = 40 ml

Kuning telur 20%              = 20/100 x 50 ml = 10 ml

 

Pengencer B

Buffer 74%                          = 74/100 x 50 ml = 37 ml

Kuning telur 20%              = 20/100 x 50 ml = 10 ml

Glycerol 6%                         = 6/100 x 50 ml = 3 ml

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Apriyanti C. 2012. Pengaruh waktu ekuilibrasi terhadap kualitas semen beku sapi pesisir predan post thawing [tesis]. Padang (ID): Ilmu Ternak, Universitas Andalas.

Ardhani F, Mufidah H, Samsuriati R, Putra HP. 2020. Efek lama penyimpanan semen beku sapi bali pada pos inseminasi buatan terhadap membran plasma, tudung akrosom utuh, dan dna spermatozoa. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. 3(2): 58-66.

Dhami AJ, Sahni KL, Mohan G, Jani VR. 1995. Effect of different variables on the freezability, post-thaw, longevity, and fertility of buffalo spermatozoa in the tropics. Theriogenology. 46(1): 109-120.

Dutta GC, Deka BC, Borgohain BN, Ahmed K. 1991. Effect of glycrolization methods on the quality of frozen buffalo semen. Indian Vet Journal. 63(1): 1080-1081.  

Herdiawan. 2004. Pengaruh laju penurunan suhu jenis pengenceran terhadap kualitas semen beku domba priangan. JITV. 9(2): 98-107.

Mulyadi Y. 2004. Metode gliserolisasi pada pembekuan semen domba lokal satu dan dua tahap menggunakan pengencer tris-kuning telur dan pengaruhnya terhadap motilitas spermatozoa[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Mumu MI. 2009. Viabilitas semen sapi simental yang dibekukan menggunakan krioprotektan gliserol. Jurnal Agroland. 16(2): 172-179.

Watson PF. 1996. Cooling of spermatozoa and freezing capacity. Reprod Dom Anim. 31(1): 135-140.

Comments

Popular posts from this blog

Tegak kaki dan diagnose kepincangan kuda-sapi

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

RANGKUMAN POTENSIAL LISTRIK DAN KAPASITOR

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

CONTOH DRAMA MPLS

Infeksi Toxocara vitulorum (Toxocariosis) pada Ruminansia Besar

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request