Asma Pada Kucing

 

Kucing adalah salah satu hewan yang dekat dengan manusia. Kucing tergolong hewan kesayangan sehingga banyak masyarakat yang menjadikannya sebagai hewan peliharaan. Kesadaran manusia terhadap kesejahteraan hewan menjadi salah satu alasan untuk memelihara kucing-kucing yang ditelantarkan di jalanan, selain itu jenis-jenis kucing yang bervariasi dengan tampilan yang menarik dan unik menjadi faktor pendukung meningkatnya orang memelihara kucing, untuk itu segala kebutuhan dan kesehatan kucing sudah seharusnya diperhatikan.

Infeksi saluran respirasi masih menjadi penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi pada kucing. Kucing sangat rentan terhadap infeksi, baik disebabkan oleh bakteri maupun virus yang sering disebut infeksi saluran respirasi bagian atas (Dallas 2006). Penyakit saluran respirasi yang disebabkan oleh bakteri dapat terjadi akibat bakteri patogen atau proliferasi bakteri normal akibat sistem pertahanan yang lemah (Schulz et al. 2006). Gangguan-gangguan pada sistem respirasi melibatkan organ dan saluran pernafasan berupa sinus, farings, trakhea, bronkhus, bronkhiolus hingga ke paru-paru. Gangguan yang dapat terjadi antara lain, batuk, bersin, sesak nafas, kekurangan oksigen, kelumpuhan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Gangguan respirasi tersebut biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, jamur, dan benda asing (Takarayanti et al. 2010).

Asma merupakan penyakit yang paling sering dijumpai di lingkungan sekitar kita. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bentuk sediaan obat asma semakin bervariasi. Di pasaran, bentuk sediaan obat asma dapat dijumpai dalam bentuk sediaan padat (tablet), cair (injeksi), dan aerosol. Tetapi berbagai bentuk sediaan tersebut merupakan sediaan yang bersifat konvensional yaitu dosis pemakaian berkali-kali dalam sehari. Hal ini menyebabkan tidak cocoknya sediaan jika digunakan untuk mencegah dan terapi saat asma terjadi jika dibandingkan dengan sediaan lepas lambat (Handiyana dan Indriyati 2016).

Sediaan lepas lambat merupakan sediaan dengan pelepasan obat yang relative lambat sehingga kadar obat dalam darah relatif konstan dan indeks terapinya relative lama. Sediaan lepas lambat dibuat untuk senyawa yang mempunyai indeks terapi sempit dan dirancang untuk memberikan manfaat terapi yang besar. Salah satu senyawa yang mempunyai indeks terapi sempit adalah teofilin. Teofilin merupakan obat asma yang mempunyai indeks terapi sempit yaitu 10-20 µg/mL (Iskandarsyah et al. 2010).

Asma kucing sangat mirip dengan asma pada manusia, yaitu peradangan kronis pada saluran pernafasan. Asma akan kambuh pada kucing seringkali sama dengan manusia yaitu dipicu oleh allergen atau stress. Kucing penderita asma yang menghirup allergen, akan memicu respons kekebalan yang dapat menyebabkan peradangan berdampak pada saluran pernafasan yaitu iritasi, pembengkakan, dan penyempitan otot. Respon ini menyebabkan akumulasi lender dan penyempitan saluran pernafasan, sehingga oksigen sulit mencapai paru-paru. Jika hal itu terjadi, kuving akan sangat sulit untuk bernafas.

 Teofilin merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengobati asma. Indeks terapi teofilin yang kecil menyebabkan obat tersebut diformulasikan dalam sediaan lepas lambat. Formulasi sediaan lepas lambat diharapkan memberi keseragaman konsentrasi obat dalam darah pada jangka panjang dan tidak menimbulkan efek samping Pada formulasi sediaan lepas lambat, banyak digunakan polimer matrik. Tujuan dari penambahan polimer matrik adalah mengendalikan pelepasan obat. Polimer matriks yang digunakan adalah polimer dengan karakteristik hidrofilik. Polimer ini dapat larut dalam air membentuk lapisan gel (Pradana et al. 2010).

Obat ini banyak diresepkan oleh dokter untuk terapi dan penanganan saat terjadi asma. Kelebihan teofilin dibanding obat asma yang lain adalah efek samping yang ditimbulkan sudah di ketahui oleh para ahli kesehatan, sehingga efek samping dapat diantisipasi sesegera mungkin. Teofilin mempunyai indeks terapi sempit yaitu 5 – 20 µg/mL, sehingga dibutuhkan suatu matrik yang dapat memperlambat proses disolusi dari obat tersebut saat di konsumsi (Pujiastuti dan Anasthasia 2016).

Asma pada kucing tidak mempunyai penyebab spesifik pada jenis kelamin dan semua ras kucing rentan. Ras Siam dan Himalaya memiliki tingkat yang lebih tinggi. Namun, terdapat pemicu umum terjadinya asma yaitu, asap rokok, serbuk, debu, rumput liar, bahan kimia, parfum, dan semprotan aerosol. Dalam beberapa kasus, kucing akan menunjukkan gejalanya dalam beberapa menit apabila terpapar dengan pemicu umum tadi.

Ada beberapa gejala yang menjadi indikasi asma kucing, mulai dari yang ringan hingga yang parah:

1.      Nafas berat/cepat : Jumlah nafas normal untuk kucing adalah sekitar 25-30 napas per menit saat istirahat. Jika kucing bernafas lebih dari 40 kali per menit (saat tidak bermain atau bersemangat), mungkin merupakan indikasi asma.

2.            Kelelahan/lesu : Kucing yang terlihat lesu setelah bermain atau bernapas lebih berat dari biasanya setelah bermain. Kelesuan pada kucing merupakan kemungkinan tanda kekurangan oksigen dalam darah, yang bisa diakibatkan oleh penyempitan atau saluran udara yang membengkak bengkak.

3.             Bernapas melalui mulut : Kucing terlihat bernapas melalui mulut atau terengah-engah.

          Teofilin merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit dan mantap di udara. Mekanisme kerja teofillin menghambat enzim nukleotida siklik fosfodiesterase (PDE). PDE mengkatalisis pemecahan AMP siklik menjadi 5’- N N N N H3C CH3 O H O AMP dan GMP siklik menjadi 5’-GMP. Penghambatan PDE menyebabkan penumpukan AMP siklik dan GMP siklik, sehingga meningkatkan tranduksi sinyal melalui jalur ini. Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor adenosin, kaitan khususnya dengan asma adalah pengamatan bahwa adenosin dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada penderita asma dan memperkuat mediator yang diinduksi secara imunologis dari sel must paru-paru (Brunton et al. 2007). Teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, merelaksasi otot polos terutama bronkus ( Ganiswarna 1995).

Efek samping terpenting berupa mual dan muntah, baik pada penggunaan oral maupun rektal atau parenteral. Pada dosis berlebih terjadi efek-efek sentral (gelisah, sukar tidur, tremor,dan konvulsi) dan gangguan pernafasan, juga efekefek kardiovaskuler seperti takikardia, aritmia, dan hipotensi. Anak kecil sangat peka terhadap efek samping teofilin (Tjay dan Raharja, 2007).

Kortikosteroid, juga dikenal sebagai glukokortikoid, adalah obat utama yang diresepkan untuk mengobati asma kucing. Jenis obat ini membantu mengurangi peradangan pada saluran udara dan tersedia dalam bentuk oral, inhalasi, dan injeksi. Selama kunjungan awal ke dokter hewan untuk dugaan serangan asma, kucing dapat diberikan kortikosteroid oral untuk sementara saat dalam fase diagnosis, sebelum beralih ke opsi inhalasi untuk pengendalian penyakit jangka panjang. Kortikosteroid inhalasi lebih disukai karena menargetkan saluran udara secara langsung. Obat inhalasi menggunakan jumlah obat yang lebih sedikit dan tidak menyebabkan efek samping sistemik yang sama seperti steroid oral atau injeksi.

Jenis obat kortikosteroid yang tersedia untuk mengobati asma kucing

1.Fluticasone propionat

Juga disebut sebagai nama merek Flovent atau Flixotide, fluticasone adalah kortikosteroid inhalasi yang paling umum digunakan. Fluticasone untuk kucing digunakan untuk mengobati asma kucing dan bronkitis dan diberikan menggunakan inhaler dosis terukur (Plumb 2011).

2. Steroid inhalasi lainnya

Ada beberapa pilihan kortikosteroid inhalasi lain yang tersedia, meskipun tidak ada yang biasa digunakan seperti flutikason. Pilihan lain termasuk beclomethasone, budesonide, ciclesonide (nama merek Alvesco HFA), dan mometason (nama merek Asmanex HFA) (Plumb 2011).

3. Inhaler kombinasi

Beberapa kortikosteroid inhalasi menggabungkan steroid dan bronkodilator kerja lama menjadi satu inhaler. Dengan obat-obatan ini, steroid dimaksudkan untuk mengatasi respons peradangan sementara bronkodilator membantu mengurangi penyempitan otot polos di saluran udara. Contohnya termasuk kombinasi flutikason dan salmeterol (Advair, Seretide, Sirdupla, Sereflo, Serroflo, Salmeterol/ Fluticasone Cipla), budesonide dan formoterol (Symbicort), dan mometasone dan formoterol (Dulera) (Plumb 2011).

4. Deksamethason

Juga disebut sebagai nama merek Decadron dan Dexasone, deksametason adalah kortikosteroid sistemik. Deksametason digunakan untuk penanganan akut serangan asma atau bronkitis dan biasanya diberikan oleh dokter hewan sebagai suntikan (Plumb 2011).

5. Prednisolon

Juga disebut sebagai nama merek Orapred, Pediapred, dan Prelone, prednisolon adalah kortikosteroid sistemik. Prednisolon digunakan untuk mengobati asma dan bronkitis. Prednisolon untuk kucing tersedia dalam bentuk pil dan terkadang diberikan melalui suntikan. Tujuan penggunaan obat ini adalah hanya menggunakan sesedikit mungkin untuk waktu yang singkat (Plumb 2011).

6. Methylprednisolone asetat

Juga disebut sebagai Depo-Medrol, methylprednisolone adalah kortikosteroid sistemik yang diberikan melalui injeksi. Suntikan ini cenderung menghasilkan efek samping sehingga dianggap sebagai pengobatan "jalan terakhir" untuk asma dan bronkitis kronis pada kucing (Plumb 2011).


Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. 2007. Goodman & Gilman Manual of Pharmacology and Therapeutics. New York (USA): McGraw-Hill.

Dallas S. 2006. Animal Biology and Care Edisi 2. Oxford (UK): Blackwell Publishing.

Ganiswarna S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta (ID): UI Press.

Handiana IR, Indriyati W. 2016. Formulasi sediaan tablet lepas lambat teofilin dengan bahan matriks yang berkarakteristik hidrofilik : review. Farmaka Suplemen: 1(14): 136-142.

Iskandarsyah, Sutrio, Dian Hayati. 2010. Pengaruh kombinasi hidroksipropil metilselulosa-xanthan gum sebagai matriks pada profil pelepasan tablet teofilin lepas terkendali. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3(7): 58-70.

Plumb DC. 2011. Veterinary Drug Handbook 7 nd Ed. Minnesota (USA): Willey Blackwell.

Pradana, Rangga., Chaidir, Anwar E. 2010. Formulasi tablet salut teofilin menggunakan eksipien koproses pregelatinisasi pati singkong metilselulosa sebagai bahan penyalut. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(7). 49-62.

Pujiastuti, Anasthasia. 2016. Pengaruh natrium cmc, hpmc k100m, dan etil selulosa terhadap karakteristik tablet nifedipin dengan sistem penghantaran mukoadhesif. Indonesian Journal On Medical Science. 1(3). 5-14.

Schulz BS, Wolf G, Hartmann K. 2006. Bacteriological and antibiotic sensitivity test results in 271 cats with respiratory infections. Vet Record. 158: 269-270.

Takarayanti DN, Batan IW, Erawan IGMK. 2020. Laporan kasus: rhinitis unilateral pada kucing lokal yang mengalami langit-langit mulut bercelah (cleft palate). Indonesia Medicus Veterinus. 9(6): 1036-1047.

Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo.

Comments

Popular posts from this blog

Infeksi Toxocara vitulorum (Toxocariosis) pada Ruminansia Besar

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

Laporan wawancara budidaya ikan konsumsi ( ikan lele )

HASIL WAWANCARA BUDIDAYA BEBEK

MATERI KERAJINAN BERBAHAN LIMBAH LENGKAP

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request