PATOGENESI DAN GEJALA KLINIS E.HISTOLYTICA
Patogenesis
Parasit
ini awalnya hidup sebagai komensal (apatogen) di dalam lumen usus besar, namun
pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk
koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan kerentanan tubuh misainya kehamilan, kurang
gizi, penyakit keganasan, penggunaan obat-obat imunosupresif dan
kortikosteroid. Beberapa faktor lingkungan yang diduga berpengaruh, misalnya
suasana anaerob dan asam (pH 0.6-6.5), adanya bakteri, virus, dan diet tinggi
kolesterol, tinggi karbohidrat, dan rendah protein. Organisme ini dapat
menyebabkan beberapa manifestasi klinis berupa amebiasis intestinal, amebiasis
ekshaintestinal (terutama di hati), dan amebiasis lain yang lebih jarang
ditemukan misalnya amebiasis kulit, paru, otak, dan organ lainnya (Maryatun
2008).
Manifestasi Klinis
Maryatun
(2008) menyatakan bahwa sebagian besar orang yang terinfeksi amebiasis tidak mengalami
sakit yang parah, namun hanya menyimpan ameba yang menetap di lumen dan
membentuk kista yang kemudian akan dikeluarkan dalam tinja. Secara umum
amebiasis dapat terjadi di intestinal (amebiasis intestinal) dan diluar
intestinal (amebiasis ekstraintestinal). Amebiasis intestinal hanya terdapat
pada traktus gastrointestinal, tanpa invasi secara makroskopis maupun
mikroskopis ke batas mukosa. Sedangkan amebiasis ekstraintestinal berarti telah
terjadi invasi masuk ke dalam peredaran darah, dan terbawa ke bagian tubuh
lainnya, terutama hati. Infeksi ekstraintestinal bersifat metastatik dan jarang
terjadi dengan penyebaran langsung dari usus. Bentuk yang paling sering terjadi
adalah hepatitis ameba atau abses hati, yang dianggap disebabkan oleh
mikroemboli, termasuk tropozoit yang terbawa melalui siklus portal. Mikroemboli
hati dengan tropozoit ini sering menyertai lesi usus, tetapi lesi ini jarang
berkembang. Lebih dari separuh penderita abses hati ameba tidak mempunyai
riwayat infeksi intestinal, dan hanya sebagian kecil di antara mereka yang
mengeluarkan kista dalam tinjanya. Abses ameba juga jarang terjadi di tempat
lain (misalnya paru, otak, limpa, atau mengalir
keluar melalui dinding tubuh).
Pada
pasien dengan amebiasis intestinal, gejala klinisnya dapat bervariasi, dari
asimptomatik sampai kolitis amebik akut atau kronik, yang keduanya dapat
menyerupai penyakit peradangan usus besar. Masa inkubasi untuk munculnya gejala
klinik bervariasi dari beberapa hari, sampai berbulan-bulan, atau
bertahun-tahun (biasanya 2-4 minggu). Gejala klinis yang sering terjadi adalah adanya
diare (terkadang dengan mucus), kramp abdominal, kembung, nausea, distensi post
prandi dan anoreksia. Ameboma juga dapat terjadi di sekum dan rectosigmoid,
menyerupai sebuah tumor ireguler yang tunggal ataupun multiple. Ulkus pada usus
besar yang terbatas pada area rektal, menghasilkan pengeluaran tinja dengan
eksudat darah. Terkadang diare akan berlanjut dan muncul sebagai kolitis
inflamatori non spesifik yang berkembang dengan cepat oleh karena infeksi
amoeba.
Amebiasis
hepar terjadi karena organisme terbawa sampai ke hati. Gejala dapat timbul
secara perlahan atau mendadak, seperti rasa nyeri di abdomen kanan atas,
disertai demam 38-39oC. Pada beberapa kasus dapat terjadi juga kelemahan,
penurunan berat badan, batuk-batuk, dan berkeringat. Selain itu dapat timbul
hepatomegali yang disertai rasa sakit, yang secara umumnya tidak terlalu
memengaruhi fungsi hati dan jarang disertai ikterik. Kemungkinan dapat juga
terjadi kelainan pada paru kanan bawah yang disebabkan oleh naiknya diafragma.
Pada
sebagian besar pasien, abses biasanya tunggal dan terletak di lobus hati bagian
kanan. Komplikasi yang umum terjadi adalah pecahnya abses ke dalam rongga
pleura. Abses dapat juga meluas ke peritoneum atau ke kulit. Dapat juga terjadi
penyebaran secara hematogen ke otak, paru, perikardium dan tempat-tempat lain.
Biasanya 60% dari penderita tidak mempunyai gejala gastrointestinal ataupun
gejala disientri.
Bentuk
lain amebiasis ekstraintestinal adalah amebiasis kutaneus and genital. Bentuk
ini ditemukan pada kasus lanjut dari amebiasis intestinal akut, khususnya pada
pasien dengan kebiasaan higiene yang buruk, pasien koma, dan pasien dengan
gangguan mental. Prokitis amebiasis dapat meluas menjadi ulkus di perianal dan
kulit perineum dan masuk ke genitalia. Pada betina, lesi genital dapat rneluas
ke serviks uteri atau membentuk fistula rektovaginal. Ulkus pada genitalia
laki-laki dapat menyebabkan kerusakan penis yang parsial atau komplit. Jarang
dilaporkan adanya ulkus amebiasis kulit pada bagian lain di tubuh.
Umumnya
amebiasis paru dan efusi pleura merupakan hasil dari ekstensi secara langsung
melalui diafragma dari sebuah abses amebiasis hepar. Gambaran klinik abses paru
berupa demam, batuk produktif, dispnea, nyeri dada, pernafasan dangkal, dan
tanda adanya efusi pleura atau konsolidasi di paru. Terbentuk juga sputum
purulen atau mengandung darah yang mengandung tropozoit
Amebiasis
pada otak terjadi karena invasi ameba ke susunan saraf pusat. Kasus ini selalu
berhubungan dengan amebiasis menyeluruh yang berlanjut. Gejala yang muncul
bervariasi dan dapat disamakan dengan tumor atau massa yang mendesak ruang di
otak (Maryatun 2008).
Daftar Pustaka
Maryatun M. 2008. Entamoeba histolytica:
parasit penyebab amebiasis usus dan hepar. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
8(1): 39-46.
Comments
Post a Comment