DIAGNOSIS,PENCEGAHAN, DAN PENGOBATAN G. intenstinalis

 


Diagnosis

Terlepas dari prevalensinya, kontroversi masih menyelimuti cara terbaik untuk diagnosis. Mikroskopi dari sediaan apus atau noda feses langsung yang dibuat setelah pewarnaan andiodin konsentrasi formol-eter yang telah dilaporkan mencapai sensitivitas 97% jika tiga sampel tinja diperiksa (Wolfe 1979). Yang dan Scholten (1977) menjelaskan kegunaan pengawetan natrium asetat-asam asetat-formalin (SAF) dalam mendiagnosis protozoa usus dan menemukan peningkatan hasil dengan konsentrasi sampel yang disajikan sebelumnya dan peningkatan lebih lanjut sekitar 20% dengan pewarnaan permanen. Namun, negatif palsu dapat terjadi, dengan alasan termasuk ekskresi kista yang terputus-putus, penggunaan obat anti-diare, dan penggunaan barium untuk pencitraan diagnostik (Sun 1980).  

Pengujian imunologi tinja dan serum telah dilaporkan sebagai cara yang lebih sensitif untuk mendiagnosis giardiasis. Diagnosis copro-antigen, deteksi langsung dari antigen instool, pertama kali ditunjukkan oleh G lambliaby Craft dan Nelson (1982), menggunakan kontra imunelektroforesis. Sejak itu, isolasi antigen spesifik Giardia (GSA) 65 telah memfasilitasi pengembangan modalitas terkait antibodi lain untuk deteksi antigen, seperti ELISA dan uji imunofluorescence. Keakuratan teknik ini dengan sensitivitas dan spesifisitas 95% hingga 100% dan lebih dari 90% secara berturut-turut (Janoff et al. 1989).

Serologi juga digunakan untuk mendeteksi infeksi giardia. Beberapa studi yang menggunakan ELISA untuk mendeteksi respons serologis menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan imunoglobulin (Ig) G, respons antibodi IgM lebih pendek dan lebih menunjukkan infeksi aktif (Sullivan et al. 1987). Sensitivitas dan spesifisitas yang dilaporkan untuk IgM-ELISA berkisar dari 63% hingga 99% dan 79% hingga 96% (Char 1991).

Pencegahan dan pengobatan

Pencegahan giardiasis pada ternak masih belum efektif, langkah pencegahan pada anjing dan kucing dapat dilakukan melalui pemberian vaksinasi ekstrak tropozoit (Olson et al.  2000). Infeksi Giardia mampu menstimulasi kekebalan humoral, tetapi antibodi yang dihasilkan   hanya   berlangsung   beberapa   bulan   saja. Pengamatan yang dilakukan pada pedet setelah 100 hari pascainfeksi Giardia menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan tidak protektif (O’Handley et al. 2003). Pengobatan giardiasis dapat dilakukan dengan pemberian preparat benzimidazoles yang mampu mengeliminasi infeksi G.  intenstinalis pada pedet (Ivanov    2010).   

Pengobatan pada pedet dengan fenbendazole menunjukkan adanya perbaikan microvillimucosa   usus pada hari ketujuh pasca-pengobatan (O’Handley et al. 2003). Pengobatan giardiasis pada anjing dan kucing yang terinfeksi Giardia dengan benzimidazoles, seperti fenbendazole dilaporkan efektif (Ivanov 2010).

Char S, Shetty N, Narasimga M, Elliott E, Macaden R, Farthing MJG. 1991. Codon usage in Giardia lamblia: serum antibody responsein children with Giardia lamblia infection and identification of an immunodominant 57 kDa antigen. Parasite Immunol. 13(1): 329-37.

Craft JC, Nelson JD. 1982. Diagnosis of giardiasis by counter-immunoelectrophoresis of feces. J Infect Dis. 145(4): 499-504.

Janoff EN, Craft JC, Pickering LK, Novotny T, Blaser MJ, Knisley CV, Reller LB. 1989. Diagnosis of giardia duodenalis infections by detection of parasite-specific antigens. J Clin Microbiol. 27(3): 431-435.

O’Handley RM, Ceri H, Anette C, Olson ME. 2003. Passive immunity and serological immune response in dairy calves associated with natural Giardia duodenalis infections. Vet Parasitol. 113(2): 89-98.

Olson ME, Ceri H, Morck DW. 2000. Giardiavaccination. Parasitol Today. 16(5): 213-217.

Sullivan PB, Neale G, Cevallos AM, Farthing MJG. 1991. Evaluation of specific serum anti anti-giardia IgM antibody response in diagnosisof giardiasis in children. Trans R Soc Trop Med Hyg. 85(6): 748-9.

Sun T. The diagnosis of giardiasis. Am J Surg Pathol. 4(3): 265-271.

Wolfe MS. 1979. Giardiasis. Pediatr Clin North Am. 26(2): 295-302.

Yang J, Scholten T. 1977. A fixative for intestinal parasite permitting the use of concentration and permanent staining procedures. Am J Clin Pathol. 67(3): 300-304.

Comments

Popular posts from this blog

Kasus Cystolithiasis Akibat Infeksi pada Anjing

Makalah atau Laporan Osmosis Pada Telur

Biografi Dewi Sartika

Mengelola Peternakan Komersial Bagi Peternak Kecil

Prolapsus Bola Mata yang Disertai Miasis pada Anjing

Pengertian Jumlah Ismiyah

Translate

Pageviews last month

terima kasih

jangan lupa datang kembali, komen, dan request